Kunai - Naruto 3

Rabu, 04 April 2012

Sejarah tipe Kereta listrik di Jakarta

pertama masuk adalah tipe BN HOLEC atau para RF sering bilang dengan sebutanKRL gembot karna suaranya saat jalan dan sambai stasiun memiliki keunikkan sendiri ini gambar BN HOLEC  
yang kanansetelah PA (perawatan Akhir) yang kiri jelas sebelumnya

yang kedua dan hanya beda satu tahun dari krl gembot adalah KRL RHEOS dia kalo mau jalan ada khasnya juga pasti selalu ngehentak ini gambarnya
#nb:yang kiri rheos tipe pertama yang kanan tipe keduanya yang pernah jadi pakuan non ac

ada juga yang udah kena rombak bagian kabinnya tapi namanya sekarang mas Djoko Lelono 1
ini rupa ganteng dari si mas djokolono

sekarang ada yang mukanya sebelas dua belas sama rheos tipe kedua yaitu akang hitachi beda banget dia jalan pertamanya sama si rheos kalo yang ini super alus jalannya mau liat muka gantengnya ini dia


nah keduanya hampir samakan tapi kalo diteliti lagi ada perbedaan yang mencolok yak benar yaitu kaca semboyan langsir sama seri perjalanan kalo di rheos tipe kedua engga ada jadi keliatankan bedanya sekarang

sekarang yang keempat udah mulai masuk jaman AC nih bos yang pertamanya itu seri eks TOEI 6000 dia ada 4 wajah yang pertama itu muka biasanya yang kedua muka retrofit bernama espas terus retrofit lagi namanya lohan yang terakhir itu adiknya si mas djolono 1 yaitu mas djolono 2 ini masing masing fotonya
A

B

C

D

#Nb:yang A itu toei muka lama dengan lohan terus yang B itu muka espass yang C toei lama abis PA dan yang D itu mas djolono 2

sekarang ada pendatang lagi dari nipon yaitu seri 5000 wets kalo yang ini acnya menurut penulis sih lumayan dingin dan mukanya itu keren banget nah ini dia foto mukanya dia
nah tu dia dia datang dari arah juanda mau kemanggarai ini juga kadang ada yang bilang si djoko vision

sekarang ada kembarangnya si 5000 dia seri 1000nya kok lebih kecil serinya iya hahaha itu tanya sama yang buatnya nah ini dia penampakan dari 1000 dan 5000 untuk perbedaan

nah dari fotonya aja keliatan bedanya dimana iyakan jadi engga usah dijelasin lagi okeh

nah sekarang kita ketahun 2006 kita kedatangan sodara baru lagi sejenis tapi beda muka dan asli masih buatan anak nipon dan itu belum di retrofit yaitu seri JR 103 ini dia muka keduanya


keliatankan bedanya dimana dari foto itu kalo yang warna biru itu masih di era PJKA dan yang putih era PT.KAI ada yang biru juga tapi engga dapet fotonya

sekarang kita masuk menuju AC berukutnya yaitu seri 8000 dan 8500 dari seklas emang mirip tapi sekali lagi hati hati ketukar kawan dan ini dia mukanya
keliatankan bedanya dimana

sekarang ketipe asli buatan indonesia yaitu mas djolono 3 hahaha ini asliloh buatan PT.INKA mauliatkah mukanya seperti apa ini dia silahkan
kalo yang kiri itu namanya prajayana karna pernah ada kerusakan sama si mas praja makanya dibalikin dan digantikan oleh mas djolono 3

sekarang kita balik lagi KRL buatan negara nipon yaitu seri eks TM 05 hahaha kereta keren mukanya terus kalo buka tutup pintu ada belnya haduh pokoknya keren deh ini dia muka ganteng dari mereka

sekarang kita kesodaranya si TM 05bukan kandung sih tapi datengnya nyaris bersamaan yaitu seri TM 6000 & 7000 mereka semuaka tapi ada bedanya

nah sekarang ada si adek yang nyusul dinas sang kakak di indonesia yaitu seri JR 203 hahaha dia itu itu mukanya beda banget sama sang kakak nah dari pada penasaran nih liat aja fotonya

sekarang balik lagi ke buatan PT.INKA yaitu si kereta yang tak pernah jalan yaitu KWF Bombardier I 9000 nah nasib si KFW ini tergantung gantung karna belum bisa jalan nih mukanya nya yang menurut gw sih keren banget 

nah sekian dulu tentang seri sri KRL di JAKARTA nah tunggu post selanjutnya iya

Sejarah KRL di Indonesia

Sejarah KRL
Wacana elektrifikasi jalur Kereta Api (KA) di Indonesia telah didiskusikan oleh para pakar kereta api dari perusahaankereta api milik pemerintah Hindia Belanda yaitu: Staats Spoorwegen (SS)sejak tahun 1917 yang  menunjukkan bahwa  elektrifikasi jalur KA secara ekonomi akan menguntungkan. Elektrifikasi jalur KA pertama dilakukan pada jalur KA rute Tanjung Priuk – Meester Cornelis (Jatinegara) dimulai pada tahun 1923 dan selesai pada tanggal 24 Desember 1924. Untuk melayani jalur kereta listrik ini, pemerintah Hindia Belanda membeli beberapa jenis lokomotif listrik untuk menarik rangkaian kereta api diantaranya adalah Lokomotif Listrik seri 3000 buatan pabrik SLM (Swiss Locomotive & Machine works) –BBC (Brown Baverie Cie), Lokomotif Listrik  seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman. Lokomotif  Listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta KRL (Kereta Rel Listrik) buatan pabrik Westinghouse dan KRL buatan pabrik General Electric. Bagian dari perusahaan Staats Spoorwegen  yang menangani sarana, pasarana dan operasional kereta listrik ini adalah Electrische Staats Spoorwegen (ESS).
Peresmian elektrifikasi jalur KA bersamaan dengan hari ulang tahun ke 50 Staats  Spoorwegen, sekaligus juga peresmian stasiun Tanjung Priuk yang baru yaitu pada 6 April 1925. Elektrifikasi jalur KA yang mengelilingi kota Batavia (Jakarta) selesai pada 1 Mei 1927.  Elektrifikasi tahap selanjutnya dilakukan pada jalur KA rute Batavia (Jakarta Kota) – Buitenzorg (Bogor) dan mulai dioperasionalkan pada tahun 1930.
Jalur kereta listrik di Batavia ini menandai dibukanya sistem angkutan umum massal yang ramah lingkungan, yang merupakan salah satu sistem transportasi paling maju di Asia pada zamannya. Di masa itu, kereta listrik telah menjadi andalan para penglaju (komuter) untuk bepergian, terutama bagi para penglaju yang bertempat tinggal di Bogor dan bekerja di Jakarta.
Setelah Indonesia merdeka, lokomotif-lokomotif listrik ini masih setia melayani para pengguna angkutan kereta api di daerah Jakarta – Bogor. Pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan tidak pernah membeli lokomotif listrik  untuk mengganti atau menambah jumlah lokomotif listrik yang beroperasi. Namun pada akhirnya, dengan usia yang telah mencapai setengah abad, lokomotif-lokomotif ini dipandang tidak lagi memadai  dan mulai digantikan dengan rangkaian Kereta Rel Listrik baru buatan Jepang sejak tahun 1976.
Seiring perkembangan zaman, Commuter (KRL Jabotabek) yang beroperasi sekarang sudah memiliki berbagai fasilitas dan kelas, mulai dari tempat duduk yang ”empuk” hingga Air Conditioner (AC)yang menyejukkanSaat ini ada tiga kategori atau kelas pelayanan Commuter, antara lain  Commuter  ekonomi non-ACCommuter Ekonomi AC dan Commuter Ekspres AC.
Sistem pengoperasian  Commuter terpadu di wilayah Jabotabek dimulai pada tahun 2000,  saat itu pemerintah Indonesia menerima hibah 72 unit KRL. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 unit gerbong bisa langsung digunakan dan dioperasikan sebagai rangkaian-rangkaian KRL Pakuan yang melayani rute Jakarta – Bogor, PP.
Saat ini Commuter melayani lintas Jakarta – Bogor, PP; Jakarta – Tanahabang, PP; Jakarta – Bekasi, PP;  Jakarta – Tangerang, PP; dan Jakarta – Serpong, PP. 
Selain itu, ada juga Commuter lingkar Jakarta dengan nama KRL Ciliwung, dengan rute Manggarai – Tanahabang  Angke  Kemayoran  Pasarsenen  Jatinegara  kembali ke Manggarai dan arah sebaliknya.
Bagi pekerja di wilayah Jabotabek yang terpaksa pulang malam hari, kini telah dioperasikan Commuter ekonomi AC malam hari untuk lintas Jakarta – Bogor, Jakarta  Depok, Jakarta – Bekasi, Manggarai – Tangerang dan Manggarai – Serpong.
Bahkan, sejak beberapa tahun terakhir ini, setiap Sabtu dan Minggu telah tersedia pula Commuter Wisata yang melayani jalur Stasiun Bogor – Stasiun Ancol dan Stasiun Serpong – Stasiun Ancol,Stasiun Tangerang – Stasiun Ancol, Stasiun Bekasi – Stasiun Ancol.  Commuter Wisata tersebut melayani penumpang pulang-pergi, pada pagi dan sore hari.  Harga tiket sudah termasuk tiket masuk ke Taman Impian Jaya Ancol.
KRL yang digunakan dalam melayani penumpang Jabotabek adalah KRL AC eks Jepang namun masih dalam kondisi baik dan layak digunakan. Khusus untuk KRL Ciliwung, kita menggunakan kereta buatan PT INKA Madiun dengan nama KRL I (atau disebut KRL Indonesia).
Semakin tingginya animo masyarakat akan pelayanan Commuter, membuat PT Kereta Api Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek harus menambah armada rangkaian yang dimilikinya. Hal ini bisa dilihat dari semakin padatnya KRL terutama pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari.
Belum lama ini, tepatnya 1 Agustus 2008, PT Kereta Api (Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek) kembali mendatangkan KRL dari Jepang sebanyak set KRL atau 8 gerbong.  Rencananya, KRL tersebut akan digunakan untuk menambah daya angkut pada lintas Jakarta – Bogor dan Jakarta – Bekasi. Namun sebelum dioperasikan, rangkaian yang baru datang ini harus memasuki beberapa tahap pengecekan termasuk proses pemeriksaan dan uji sertifikasi dari Departemen Perhubungan terlebih dahulu.  Kabar menggembirakan lainnya, pada bulan September ini akan datang lagi KRL berikutnya sebanyak 8 gerbong.
Latar Belakang Pendirian PT KAI COMMUTER JABODETABEK
PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT KERETA API (Persero) yang dibentuk sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menneg BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008.
Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para stakeholdernya untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi permasalahan transportasi perkotaan yang semakin kompleks.  
PT KAI Commuter Jabodetabek ini akhirnya resmi menjadi anak perusahaan PT KERETA API (Persero) sejak tanggal 15 September 2008 yaitu sesuai dengan Akte Pendirian No. 415  Notaris Tn. Ilmiawan Dekrit, S.H.

Kehadiran PT KAI Commuter Jabodetabek dalam industri jasa angkutan KA Commuter  bukanlah kehadiran yang tiba-tiba, tetapi merupakan proses pemikiran dan persiapan yang cukup panjang. Di mulai dengan pembentukan Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek oleh induknya PT Kereta Api (Persero), yang memisahkan dirinya dari saudara tuanya PT KERETA API (Persero) Daop 1 Jakarta.  Setelah pemisahan ini, pelayanan KRL di wilayah Jabotabek berada di bawah PT KERETA API (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek dan pelayanan KA jarak jauh yang beroperasi di wilayah Jabodetabek berada di bawah PT KERETA API (Persero) Daop 1 Jakarta.
Dan akhirnya PT KERETA API (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek berubah menjadi sebuah perseroan terbatas, PT KAI Commuter Jabodetabek.  Setelah menjadi perseroan terbatas perusahaan ini mendapatkan izin usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan izin operasi penyelenggara sarana perkeretaapian No. KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
Tugas pokok perusahaan yang baru ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter (untuk selanjutnya disebut ”Commuter” saja) dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabotabek) serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang.
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA SEMOGA ANDA PUAS